LUBUKLINGGAU – WONG DALAM.COM, Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DPPKB) mengadakan Orientasi Tim Pendamping Keluarga (TPK) dalam rangka percepatan penurunan stunting.
Hadir dalam kegiatan Asisten I Kahlan Bahar, Kadis DPPKB Deasi Novia, Perwakilan BKKBN Sumsel Maharani, Perwakilan Dinkes Kota Lubuklinggau Nurmalina, Camat dan undangan lainnya.
Deasi Novia selaku Kadis DPPKB Kota Lubuklinggau dalam sambutan mengatakan, tim pendamping keluarga dalam rangka percepatan penurunan stunting tahun 2004, Adapun dasar pelaksanaan adalah Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2001 tentang percepatan penurunan stunting kemudian Nomor 67 Tahun 2022 tentang percepatan penurunan stunting di Kota Lubuklinggau.
Kemudian keputusan peraturan Walikota Nomor 113 tentang penetapan tim pendamping keluarga dalam rangka percepatan penurunan percepatan stunting di Kota Lubuklinggau tahun 2004.
“Adapun tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan sikap, pendamping keluarga dalam upaya percepatan penurunan stunting,” ujarnya.
Setelah orientasi ini diharapkan Tim Pendamping Keluarga memiliki kemampuan dalam mekanisme alur pendampingan tim TPK.
“Memiliki keterampilan pemutakhiran validasi keluarga beresiko stunting, kemudian memahami aplikasi Elsimil,” ungkap Deasi.
Sementara, Asisten I Kahlan Bahar mewakili Pj Wali Kota dalam sambutanya mengatakan, untuk percepatan penurunan stunting Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan target optimis prevalensi stunting 14% pada tahun 2024.
“Untuk itu, persiapan percepatan penurunan stunting memerlukan strategi dan metode yang lebih kolaboratif dan berkesinambungan mulai dari hulu hingga hilir,” bebernya.
Ia menambahkan, salah satu strategi percepatan penurunan stunting adalah pendekatan keluarga melalui pendampingan keluarga beresiko stunting untuk mencapai target yaitu calon pengantin, ibu hamil sampai dengan pasca salin dan anak 0-59 bulan.
“Kita sadari bersama bahwa dalam upaya percepatan penurunan stunting, peran keluarga merupakan sesuatu yang perlu dioptimalkan, keluarga perlu memperhatikan periode 1000 hari perrama kehiduoan (1000 HPK), dimulai dari 270 hari,” jelasnya.
Hal ini membuat peran keluarga harus dioptimalkan sebagai pelopor awal dalam pencegahan stunting. Untuk mengoptimalkan peran keluarga, salah satunya dilakukan proses pendampingan keluarga oleh tim pendamping keluarga.
“Dalam mengawal percepatan penurunan stunting ini, maka diperlukan sumber daya pendampingan yang berkualitas.melalui kegiatan pendamping percepatan orientasi keluarga dalam penurunan tim rangka stunting tahun 2024. Ini diharapkan dapat memberikan gambaran pendamping yang jelas keluarga pendampingannya terkait dan sehingga menambah pengetahuan tentang masalah stunting,” tutup Kahlan Bahar Asisten I.
Dalam kegiatan Orientasi ini ada empat materi yang disampaikan diantaranya Atropometri Balita, Mekanisme TPK, Pemutakihran Verifikasi dan Validasi Stunting, penggunaan aplikasi elsimil. (David/adv)
“Adapun tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan sikap, pendamping keluarga dalam upaya percepatan penurunan stunting,” ujarnya.
Setelah orientasi ini diharapkan Tim Pendamping Keluarga memiliki kemampuan dalam mekanisme alur pendampingan tim TPK.
“Memiliki keterampilan pemutakhiran validasi keluarga beresiko stunting, kemudian memahami aplikasi Elsimil,” ungkap Deasi.
Sementara, Asisten I Kahlan Bahar mewakili Pj Wali Kota dalam sambutanya mengatakan, untuk percepatan penurunan stunting Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan target optimis prevalensi stunting 14% pada tahun 2024.
“Untuk itu, persiapan percepatan penurunan stunting memerlukan strategi dan metode yang lebih kolaboratif dan berkesinambungan mulai dari hulu hingga hilir,” bebernya.
Ia menambahkan, salah satu strategi percepatan penurunan stunting adalah pendekatan keluarga melalui pendampingan keluarga beresiko stunting untuk mencapai target yaitu calon pengantin, ibu hamil sampai dengan pasca salin dan anak 0-59 bulan.
“Kita sadari bersama bahwa dalam upaya percepatan penurunan stunting, peran keluarga merupakan sesuatu yang perlu dioptimalkan, keluarga perlu memperhatikan periode 1000 hari perrama kehiduoan (1000 HPK), dimulai dari 270 hari,” jelasnya.
Hal ini membuat peran keluarga harus dioptimalkan sebagai pelopor awal dalam pencegahan stunting. Untuk mengoptimalkan peran keluarga, salah satunya dilakukan proses pendampingan keluarga oleh tim pendamping keluarga.
“Dalam mengawal percepatan penurunan stunting ini, maka diperlukan sumber daya pendampingan yang berkualitas.melalui kegiatan pendamping percepatan orientasi keluarga dalam penurunan tim rangka stunting tahun 2024. Ini diharapkan dapat memberikan gambaran pendamping yang jelas keluarga pendampingannya terkait dan sehingga menambah pengetahuan tentang masalah stunting,” tutup Kahlan Bahar Asisten I.
Dalam kegiatan Orientasi ini ada empat materi yang disampaikan diantaranya Atropometri Balita, Mekanisme TPK, Pemutakihran Verifikasi dan Validasi Stunting, penggunaan aplikasi elsimil. (David/adv)
Posting Komentar